CERITA SUKU LANI
Sahabat-sahabat disisini saya akan membagikan cerita singkat,apa yang saya mengerti tentang suku lani, lebih khususnya. Tiom. Kab. Lanny Jaya.Secara Umum Agama, Kesenian Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Suku Lani.
1. Suku lani Ditemukan
2. Kesenian
3. Nama 0bat tradisional orang lani
4. Pendidikan
5. Mata Pencaharian/Ekonomi
6. Rumah Adat (kunume)
7. Bentuk Honai
8. Atap Honai
9. Dinding & Pintu (tungganggi)
10. Ketinggian
11. Fungsi Honai (Kunume)
12. Filosofi Honai
13. Bahan Pembuat
14. Tradisi Potong Jari
15. Mengapa Jari yang Dipotong
PENDAHULUAN
Lani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukiman atau mendiami wilayah pengunungan Tiom/lanny jaya
Suku lani adalah sekelompok suku yang mendiami wilaya di Pegunungan. sejak ratusan tahun lalu suku lani sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu. Mereka menggantungkan hidup dari alam dengan bercocok tanam sebagai aktivitas utamanya. Setiap hari, orang lani menanam ubi ‘’mbi’’ sayur mayur kemudian memanen dan menjualnya ke pasar.Cara berpakaian pun, mereka masih banyak mengenakan ‘’KOTEKA’’ (Penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning ‘’Gio’’ dan para wanita menggunakan pakaian berasal dari rumput/serat ‘’Gentali,nupur tali,wabin tali,wurtali’’ dan tinggal di “honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).
1. Suku lani Ditemukan
Suku lani, pertama kali ditemukan oleh, Para Misionaris Australian Baptis Society (ABMS) Membawa kabar baik, Injil YESUS KRISTUS Dari Benua Australian ke Papua Barat, Tempat di Tiom Pada Tanggal 28 Oktober 1956.
2. Kesenian
Kesenian masyarakat suku Lani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman, mereka honai Bahasa lani disebut ‘’o’’ ada beberapa bangunan, seperti : Honai ‘’Kunume’’ tempat tidur khusus pria, Honai ‘’ndupaga’’ tempat tidur khusu Wanita dan ‘’Dapur’’ walia/lakawi tempat masak dan peliharaan ternak mereka yaitu Babi.
Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Lani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala, Noken, anyam untuk tutup dindin honai, dan pegikat kapak. Orang lani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari; pana, anak panah, Busur, tompak. (Sege, Jigin, Wim, male, irege, tugua,)
3. Nama 0bat tradisional orang lanny
Sebagian besar suku Lani, lebih khususnya Kabupaten lanny jaya/Tiom. beragama Kristen Protestan ada kaitan antara manusia dan alam. Orang Tiom mengenal alat hidup yakni jigin “busur”, male “anak panah”. Dalam kesenian, ibu-ibu, cara berpakaian mereka dari kulit kayu Bahas daerah ‘’Gentali,nupur tali,wabin tali,wurtali,kerage tali’’
Sistem pengetahuan misalnya obat-obatan tradisional antara lain sebagai berikut:
1. Buah merah,dalam Bahasa daerah disebut tawi, untuk mengurangi berbagai penyakit, Contoh Sakit Jantung Luka Jantung dan lain, ada juga buah merah warna kuning.
2. Daun kayu namanya dolungga, dengan cara dipanaskan terlebih dahulu,lalu, diberhentikan darah ibu yang melahirkan. Dan tempel di luka seperti pelester.
3. Daun gurungga, dipanaskan.untuk kompres dibagian badan yang bengkak dan bisa juga daun dolungga.
4. Towo, daun gatal untuk obat kecapean seperti balsem.
5. Untuk obat bisul Kumbi kumbingga, dengan cara dipanaskan lalu temple di bisul.
6. Dan masih banya lagi.
4. Pendidikan
Masyarakat Lani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong, kehidupan masyarakat Lani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Masyarakat Lani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong
2. Setiap rencana pendirian rumah selalu gontong royon sesama keluarga dan tetangga.
3. Medidik anak-anak bercocok tanam ubi, sayur mayor, dan cara buat Pagar, membuka lahan baru, cara berburu dan lain.
5. Mata Pencaharian/Ekonomi
Mata pencaharian pokok, orang tiom adalah bercocok tanam dan berternak babi. Ubi merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk kebutuhan keluarga, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berkebun. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang,’’lawi’’ tebu, ‘’ken’’ dan tembakau.
Kebun-kebun milik suku Lani ada dua jenis, yaitu:
1. Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap
2. Kebun-kebun di lereng gunung
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat orang lani masih menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis disebut’’irege’’ dan kapak batu.
Selain berkebun, mata pencaharian suku Lani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama wam awi (walia/lakawi). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang. Bagian dalam kandang terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi dengan papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun.
Bagi suku Lani, babi berguna untuk:
1. Untuk dimakan dagingnya
2. tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
3. menciptakan perdamaian bila ada perselisihan dan masalah
4. bayar maskawin
5. berpesta isti adat
Dimata orang lani harta yang paling berahrga adalah Babi ’’wam’’.
6. Rumah Adat (kunume)
Rumah adat suku Lani ukurannya tergolong mungil, bentuknya bulat, berdinding kayu dan beratap jerami disebut ongger. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang. Rumah jenis ini namanya Walia/lakawi (Dapur).
7. Bentuk Honai
Bentuk Honai yang bulat tersebut dirancang untuk menghindari cuaca dingin ataupun karena tiupan angin yang kencang sehingga rumah yang sederhana ini dapat bertahan bertahun-tahun lamanya.
8. Atap Honai
Honai memiliki bentuk atap bulat kerucut. Bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak mengenai dinding ketika hujan turun.
Penutup atap terbuat dari jerami yang diikat di luar kubah. Lapisan jerami yang tebal membentuk atap dome, bertujuan menghangatan ruangan di malam hari. Jerami cocok digunakan untuk daerah yang beriklim dingin. Karena jerami ringan dan lentur memudahkan suku Lani membuat atap serta jerami mampu menyerap air hujan.
9. Dinding & Bukaan/tungganggi
Honai mempunyai pintu dan pintu ada dua yaitu pintu depan dan pintu belakan, Pintunya begitu pendek sehingga harus menunduk jika masuk ke rumah Honai. Di malam hari menggunakan penerangan kayu bakar di dalam Honai dengan menggali tanah di dalamnya sebagai tungku, selain menerangi bara api juga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh. Jika tidur, mereka tidak menggunakan karpet atau kasur, mereka beralas rerumputan kering. Bahasa lani disebut ’’yanengga’’ yang dibawa dari kebun atau ladang. Umumnya mereka mengganti jika sudah terlalu lama karena banyak terdapat kutu babi.
10. Ketinggian
Rumah Honai mempunyai tinggi 2,5-4 meter dengan diameter 4-8 meter. Rumah Honai ditinggali oleh 10-15 orang dan rumah ini biasanya dibagi menjadi 3 bangunan terpisah. Satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat para pria ‘’KUNUME’’ (tidur). Bangunan kedua untuk tempat Beristirahat kaum wanita.ome dan bangunan ketiga untuk dapur ‘’Walia/ dan. Rumah Honai juga biasanya terbagi menjadi 2 tingkat. Lantai dasar Disebut ‘’NGWEN PAGA dan lonteng disebut ‘’TILAPAGA’’ di hubungkan dengan tangga yang terbuat dari kayu. Biasanya pria tidur di Honai pria dan wanita biasanya tidur di Honai wanita. Dalam peraturan adat Honai, pria dan wanita (termasuk anak-anak) tidak boleh tidur disatu tempat secara bersamaan hukumnya tabu.
11. Fungsi Honai/KUNUME WONE
Rumah Honai mempunyai fungsi antara lain:
1. Sebagai tempat tinggal
2. Tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi perang agar dapat berhasil dalam pertempuran perang
3. Tempat menyimpan alat-alat perang
4. Tempat mendidik dan menasehati anak-anak lelaki agar bisa menjadi orang berguna pada masa depan
5. Tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang lani yang sudah ditekuni sejak dulu
12. Filosofi Honai
Filosofi bangunan Honai yang bentuknya bulat melingkar adalah :
1. Dengan kesatuan dan persatuan yang paling tinggi kita mempertahankan budaya yang telah diperthankan oleh nenek moyang kita dari dulu hingga saat ini.
2. Dengan tinggal dalam satu honai maka kita sehati, sepikiran dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
3. Honai merupakan simbol dari kepribadian.
13. Bahan Pembuat
Kebiasaan dari suku atau orang Lani membangun Honai yaitu mereka mencari kayu yang memang kuat dan dapat bertahan dalam waktu yang lama atau bertahun-tahun. Bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Kayu besi (tiru) digunakan sebagai tiang raja penyangga bagian tengah Rumah Honai.
2. Kayu buah besar
3. Kayu batu yang paling besar
4. Kayu buah sedang
5. Jagat (pinde)
6. Tali/kele
7. Alang-alang/ongger
8. Papan yang dikupas/kobar
9. Dan masih banyak yang tdk disebut
14. Tradisi Potong Jari
Banyak cara menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit akibat kehilangan salah satu anggota keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jari. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik. Suku Lani Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yg berduka.
15. Mengapa Jari yang Dipotong
Bagi jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga, walaupun dalam penamaan jari yang ada di tangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga, yaitu IBU JARI Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
Alasan lainnya adalah atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat suku lani, lebih khususnya Tiom. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat orang lani memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.
Sekian dan terima kasih atas membacakannya, jika ada kesalahan kata atau penulisan,saya menyampaikan mohon maaaf. Wa… wa…. Wa
Penulis : Terrilanny Wenda
Publikasih: Liwiya Ulaga
semoga bermanfaat:
0 Komentar