Jakarta berbodong-bodong kirim orang dari luar Papua ( Transmigrasi) 2024)

Oleh Victor Yeimo

 Jika alasan Transmigrasi adalah Papua kekurangan SDM, kenapa 8.300 karyawan yang di PHK Freeport di Papua masih terlantar? Ada 16 Ribu Pencaker Prov. Papua Pegunungan? 10 ribu Pencaker di Prov. PBD? 10.953 Pencaker di Papua Tengah? 9 ribu masih mengadu nasib di Mimika. Di Merauke 13 ribu, coba data daerah yang lain di Papua? Banyak anak-anak Papua ditolak bekerja atau dipecat dengan tindakan rasis dari Toko/Mal, Hotel, Pramugrari, Bandara, dsb.

Sementara, yang tersisa Pinang dan Sagu saja diambil alih penjual pendatang. Penjual minuman lokal (saguer/bobo) saja ditangkap, sementara ruko2 minuman alkohol yang merupakan sumber utama kematian OAP justru berjamur dan dilindungi di tanah Papua karena rajin setor ke aparat. 

Lalu ketika orang Papua dihina tidak mampu, tidak punya daya saing, bukankah negara swastanisasi sekolah/perkuliahan yang mahal. Jakarta ikut batalkan 3000 lebih Mahasiswa/Pelajar penerima Beasiswa Otsus di Luar Negeri. Sementara Negara gagal alih tehnologi ke tangan rakyat Papua. Menciptakan ketergantungan akut. Produksi dan pasar diambil alih seutuhnya oleh warga penjajah.

Ketika satu-satu kemampuan orang Papua muncul, justru dijadikan ancaman, lalu diincar, dihancurkan, ditangkap atau dibunuh. Muai dari Mambesak, Persipura, Media JUBI, hingga orang-orang pro eksistensi Papua diteror, dipenjara atau dibunuh. Status konflik Papua dipertahankan berdarah-darah tanpa solusi karena tujuannya penaklukan dan genosida, tapi juga sebagai kebun atau arena bisnis militer, perebutan pangkat dan jabatan. 

Jadi, sudah jelas dan tidak terbantahkan bahwa transmigrasi adalah jalan cepat penaklukan dan pemusnahan bangsa Papua.

Source: Fb VICTOR  YEIMO